Capex

🏍️ MPMX: Attractive Sustainable Dividend of ~8% p.a Backed by Stable Motorcycles Business by Michael Owen Kohana

Penulis: Michael Owen Kohana | Editor: Aulia Rahman Nugraha, Edi Chandren, Vivi Handoyo Lie

Published date: 13/3/2024

  • MPMX menawarkan dividend yield sebesar ~8%  per tahun yang sustainable. 

  • Bisnis distribusi motor yang stabil berkat pangsa pasar Honda yang semakin dominan dan ancaman yang relatif rendah dari motor berbasis listrik.

  • Posisi finansial yang solid (net cash) dan kebutuhan capex yang minim dalam beberapa tahun mendatang mendukung pembayaran dividen yang besar.

Deskripsi: Volume penjualan motor dan OPM MPMX 2019-2024E
Sumber: Stockbit analysis

Executive Summary

Dengan bisnis model yang relatif stabil dan angka penjualan motor yang telah kembali ke level normal, kami menilai bahwa MPMX menawarkan potensi dividen yang menarik. Menurut estimasi kami, MPMX dapat menghasilkan laba bersih sebesar ~Rp600 M per tahun secara sustainable berdasarkan volume penjualan motor sebesar ~900 ribu per tahun dengan operating margin yang relatif stabil di angka ~3,8%. Dengan asumsi payout ratio sebesar 65% – yang mana menurut kami konservatif – potensi dividend yield dari MPMX mencapai ~8% per tahun.

Sebagai distributor motor Honda yang pangsa pasarnya semakin dominan di Indonesia, kami menilai angka penjualan sebesar 900 ribu per tahun bagi MPMX sebagai angka yang achievable. Sebagai perbandingan, pada 2019 (pra-pandemi) volume penjualan motor MPMX berada di 1,07 juta unit. Untuk 2023 dan 2024, kami mengestimasikan volume penjualan motor MPMX berada di level  867 ribu unit dan 909 ribu unit.

Angka penjualan motor nasional sendiri kami perkirakan akan stabil di level ~6,4 juta per tahun dan masih akan tetap didominasi oleh motor berbasis bensin. Kami menilai ancaman kendaraan listrik pada industri motor jauh lebih rendah dibandingkan pada industri mobil karena beberapa alasan yang didiskusikan lebih lanjut di artikel ini.

Selain bisnis yang relatif stabil, kemampuan MPMX membayar dividen yang royal juga ditopang oleh posisi finansial yang solid (net cash Rp1,58 T per 3Q23) dan kebutuhan capex yang minim dalam beberapa tahun mendatang. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, MPMX juga telah melakukan beberapa divestasi, sehingga perseroan dapat lebih fokus pada core business dan memberikan kelonggaran kepada modal (capital) perusahaan.

Secara valuasi, saat ini MPMX diperdagangkan dengan P/E TTM sebesar 7,3x, sedikit lebih tinggi dari -1 Standard Deviation dalam 3 tahun terakhir, level yang tergolong rendah secara historis. Kami menilai valuasi yang rendah tersebut dapat membatasi risiko downside bagi MPMX, sehingga investor dapat menikmati dividen yang besar sementara risiko capital loss relatif terjaga

Adapun risiko utama MPMX adalah: 1) penjualan motor yang lemah akibat menurunnya daya beli dan/atau pengetatan pada pembiayaan; dan 2) kenaikan pajak motor konvensional yang berimbas pada menurunnya keterjangkauan (affordability).


Penjualan Motor MPMX Stabil dengan Proyeksi Minimum 900 Ribu Unit per Tahun 

Penjualan motor nasional sudah kembali pulih ke level pra-pandemi setelah sempat mengalami koreksi akibat Covid-19 dan masalah rantai pasok semikonduktor pada 2020–2022. Pemulihan ini tercermin dari angka penjualan motor domestik pada 2023 yang menyentuh 6,24 juta unit (+19,4% YoY). Sebagai perbandingan, penjualan motor pada 2018 dan 2019 masing-masing berada di level 6,4 juta dan 6,5 juta unit.

Dengan pemulihan yang sudah tercermin pada 2023 dan mengacu kepada data penjualan pra-pandemi, kami memproyeksikan bahwa penjualan motor domestik yang sustainable ke depannya berada di level 6,4 juta unit. Proyeksi kami tersebut sejalan dengan target Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) yang mengincar pertumbuhan penjualan motor domestik pada 2024 sebesar +0–4% YoY ke level 6,2–6,5 juta unit. 

Deskripsi: Penjualan motor nasional 2016–2024E.


Sumber: AISI,  Stockbit analysis

Pertumbuhan penjualan motor domestik pada tahun ini mulai terindikasi dari realisasi pada Januari 2024 yang mencapai 592,6 ribu unit (+38,8% MoM, +38,6% YoY). Hasil tersebut setara 9,1–9,6% dari target AISI pada 2024, tergolong tinggi secara historis, sekaligus menandai volume penjualan bulanan tertinggi sejak April 2023. Jika dibandingkan dengan masa pra-pandemi (2018-2019), penjualan motor domestik pada Januari setara dengan 7,5% dari total realisasi 2019 dan 8,8% dari total realisasi 2018.

Berdasarkan brand-nya, Honda konsisten menjadi merek motor dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia. Bahkan, tren pangsa pasar Honda cenderung meningkat dalam 6 tahun terakhir dari level 75,2% pada 2018 menjadi 78,6% pada 2023. Tren pangsa pasar Honda yang stabil dengan kecenderungan meningkat ini dapat menjadi katalis positif bagi MPMX selaku distributor merek tersebut di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.

Dengan mempertimbangkan kembali pulihnya penjualan motor domestik dan tren pangsa pasar motor Honda yang stabil dengan kecenderungan meningkat, kami memproyeksikan bahwa MPMX setidaknya dapat mencatatkan penjualan motor sebesar 900 ribu per tahun. Pada 2024 sendiri, manajemen MPMX menargetkan kenaikan sebesar +4,9% YoY menjadi 909 ribu unit, lebih tinggi dibandingkan target pertumbuhan se-industri. Angka penjualan motor MPMX di level 900 ribu unit per tahun kami nilai achievable, mengingat realisasi penjualan motor MPMX pada 2018–2019 (pra-pandemi) berada di kisaran 1 juta unit.

Deskripsi: Penjualan motor Nasional dan Honda 2018–2023.


Sumber:AISI, Stockbit Analysis
Deskripsi: Penjualan motor MPMX 2019–2024E.
Sumber: AISI, MPMX,  Stockbit analysis

Selain itu, kami menilai ancaman kendaraan listrik di industri motor lebih rendah dibandingkan industri mobil. Berdasarkan perkiraan Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), penjualan motor listrik selama 2023 hanya mencapai 25 ribu unit, atau hanya mencapai 12,5% dari target pemerintah di level 200 ribu unit. 

Rendahnya adopsi motor listrik kemungkinan dipicu oleh masih kurang praktisnya produk tersebut di mata konsumen, mengingat jarak tempuh motor listrik masih relatif rendah di angka 50–60 km dan infrastruktur pendukungnya masih minim. Penetrasi motor listrik yang lambat berpotensi menjaga pangsa pasar motor Honda yang mayoritas produknya berbahan bakar bensin. Secara tidak langsung, volume penjualan MPMX sebagai distributor motor Honda akan menjadi lebih resilient.


Pendapatan dan Laba Bersih Tumbuh Moderat dengan Margin Relatif Stabil

Mengacu target volume penjualan dari manajemen di level 909 ribu unit, kami mengestimasikan total pendapatan MPMX akan tumbuh +4,8% YoY pada 2024, dengan laba bersih naik sebesar +6,4% YoY menjadi ~Rp600 M. Estimasi kenaikan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan disebabkan oleh kontribusi kenaikan pendapatan keuangan sebesar +15,7% YoY.

Dengan model bisnis distribusi dan skala yang besar, MPMX memiliki margin yang relatif stabil, tercermin dari margin laba usaha di kisaran 3,6–3,8% pada kondisi normal. Pada 2020–2021, penurunan operating margin yang cukup signifikan terjadi seiring penurunan volume penjualan motor akibat pandemi Covid-19.

Dengan margin yang relatif stabil, kami memproyeksikan MPMX dapat mencatatkan laba bersih yang sustainable sebesar ~Rp600 M per tahun berdasarkan volume penjualan  motor sebesar ~900 ribu unit per tahun.

Deskripsi: Volume penjualan motor dan OPM MPMX 2019-2024E

Sumber: Stockbit analysis
Deskripsi: Estimasi kinerja MPMX pada 2023E dan 2024E.
Sumber: Stockbit analysis

Pada 2022, MPMX mencatatkan kenaikan margin laba bersih ke level 4,8% akibat one off gain dari divestasi kepemilikan di MPMRent.


Finansial Solid dan Capex Minim Membuka Ruang bagi Dividen Besar

Dengan asumsi laba bersih sustainable di level ~Rp600 M per tahun dan payout ratio sebesar 65%, MPMX dapat menawarkan potensi dividend yield yang menarik di kisaran ~8% per tahun berdasarkan harga sahamnya per Rabu (6/3) di level Rp1.050/lembar. Payout ratio sebesar 65% sendiri kami nilai sebagai asumsi yang relatif konservatif, mengingat besaran payout ratio minimum dari MPMX sejak 2019 adalah 90%. 

MPMX sendiri memiliki posisi finansial yang relatif solid dan bebas utang, dengan kas sebesar Rp1,59 T per September 2023. 

Dalam beberapa tahun terakhir, MPMX juga telah melakukan beberapa divestasi. Pada 2018, MPMX mendivestasikan PT Federal Karyatama yang mengalami kerugian operasional sejak 2018, disusul dengan divestasi sebagian kepemilikan di MPM Rent pada 2022. Setelah mendivestasi beberapa unit bisnisnya, rata-rata capex yang dikeluarkan oleh MPMX relatif kecil di kisaran Rp100–200 M per tahun. Sebagai perbandingan, sebelum mendivestasikan MPM Rent, MPMX menganggarkan capex sekitar Rp600–700 M untuk pembelian armada baru. 

Divestasi-divestasi ini membuat MPMX dapat fokus pada core business yakni distributor motor dan memberikan kelonggaran kepada modal (capital) perusahaan. 

Deskripsi: Operating profit MPMX berdasarkan segmen pada 2016–2022.


Sumber: Stockbit analysis

* sudah tidak tekonsolidasi
Deskripsi:Capex MPMX 2016-9M23

Sumber: Stockbit analysis

Investor relations MPMX mengatakan pada tim Stockbit bahwa perseroan belum mempunyai rencana untuk mengeluarkan besaran capex jumbo, sehingga dapat menghasilkan arus kas bersih yang tinggi. Faktor-faktor ini membuat MPMX memiliki kapabilitas untuk membayarkan dividen dengan payout ratio di atas komitmen perseroan yang berada di level 40%.

Deskripsi: Laba Bersih, Besaran Dividen, DPS & Payout Ratio  MPMX 2016-2024F
Sumber: Stockbit analysis

Dalam kasus yang lebih bullish, jika dividend payout ratio MPMX mencapai 70–75%, maka dividend yield MPMX akan meningkat hingga 8,4–9% untuk tahun buku 2023 dan 9–9,7% untuk tahun buku 2024.


Valuasi

Secara valuasi, saat ini MPMX diperdagangkan dengan P/E TTM sebesar 7,3x, sedikit lebih tinggi dari -1 Standard Deviation dalam 3 tahun terakhir, level yang tergolong rendah secara historis. Kami menilai valuasi yang rendah tersebut dapat membatasi risiko downside bagi MPMX, sehingga investor dapat menikmati dividen yang besar sementara risiko capital loss relatif terjaga

Deskripsi: P/E Band (TTM) MPMX 3 tahun terakhir.
Sumber:  Stockbit

Secara valuasi, pada Rabu (6/3) MPMX diperdagangkan dengan P/E TTM sebesar 7,3x, sedikit lebih tinggi dari -1 Standard Deviation dalam 3 tahun terakhir, level yang tergolong rendah secara historis. Kami menilai valuasi yang rendah tersebut dapat membatasi risiko downside bagi MPMX, sehingga investor dapat menikmati dividen yang besar sementara risiko capital loss relatif terjaga


Risiko

Menurut kami, risiko utama MPMX adalah apabila realisasi penjualan motor perseroan pada 2024 berada di bawah target manajemen

Risiko lain juga datang dari potensi penurunan persepsi keselamatan atas motor Honda akibat skandal rangka esaf yang sempat terjadi pada akhir 2023. Turunnya persepsi keselamatan dapat membuat calon pembeli motor Honda berpotensi memilih untuk membeli merek lain. Tentunya, hal tersebut akan memberikan dampak negatif bagi MPMX yang merupakan distributor motor merek Honda. 

Selain itu, risiko MPMX selanjutnya adalah penurunan penjualan motor akibat rencana pemerintah untuk menaikkan pajak kendaraan bermotor berbahan bakar bensin. Sampai saat ini, Honda masih minim memasarkan motor listrik. Jika adopsi motor listrik cukup masif, maka dapat berdampak buruk terhadap pangsa pasar dan penjualan MPMX.


________________
Penulis: 

Michael Owen Kohana, Investment Analyst

Editor:

Vivi Handoyo Lie: Head of Investment Research

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Copyright 2024 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

Informasi ini dimiliki oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (“Stockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah “https://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri “@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

🛣️ JSMR: Angin Segar dari Potensi Penurunan Suku Bunga dan Selesainya Siklus Capex by Arvin Lienardi

đź‘‹ Stockbitor!

Peningkatan mobilitas masyarakat seiring pencabutan kebijakan PPKM berdampak positif bagi kinerja Jasa Marga ($JSMR) yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar +56,3% YoY pada 1H23. Selain dengan kelanjutan pemulihan volume lalu lintas di tol existing yang saat ini telah kembali ke level sebelum pandemi, pendapatan dan laba bersih perseroan ke depan masih berpotensi untuk lebih meningkat dengan adanya 1) ruas-ruas tol baru dan integrasinya dengan tol existing; 2) penurunan beban bunga dari selesainya siklus capex tinggi; dan 3) kenaikan tarif tol.

Dalam waktu dekat, JSMR akan mulai mengoperasikan tol Serpong–Cinere seksi Pamulang–Cinere (4Q23) dan Yogyakarta–Solo (2024).  Dari sisi biaya, beban bunga berpotensi semakin ringan seiring dengan menurunnya tingkat utang (deleveraging) dari selesainya siklus belanja modal (capex) tinggi, asset recycling, dan penurunan suku bunga. Selain itu, manajemen mengungkap beberapa ruas tol akan mengalami penyesuain tarif dalam waktu dekat. 

Per 29 Agustus 2023, JSMR diperdagangkan dengan valuasi 1-Year Forward EV/EBITDA sebesar 7,48x. Nilai ini berada di sekitar -2 Standard Deviation 10 tahun dan lebih rendah dibandingkan saat pandemi. Sementara itu, secara 1-Year Forward P/BV, valuasi JSMR berada di level 1,1x, sekitar -1 Standard Deviation 10 tahun. Dengan outlook kinerja yang semakin positif dan balance sheet yang lebih sehat, kami meyakini masih terdapat ruang peningkatan bagi valuasi saham JSMR ke depannya. 

Meski demikian, status JSMR sebagai BUMN membuat perseroan memiliki risiko mendapatkan penugasan proyek dengan tingkat return yang relatif rendah. Ketidakpastian kenaikan tarif tol menjelang pemilu 2024, serta wacana pemerintah memberlakukan work from home untuk mengurangi polusi di Jabodetabek, juga merupakan beberapa risiko lain yang mungkin dihadapi JSMR ke depannya.


Pemulihan Lalu Lintas dan Integrasi Ruas Tol Baru


Faktor pendorong kinerja pendapatan dan laba bersih JSMR yang pertama
adalah peningkatan volume lalu lintas pasca-pandemi dan rencana penambahan ruas tol baru.

Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) seluruh tol JSMR pada 7M23 telah mencapai 3,47 juta kendaraan, melampaui level pra-pandemi pada Februari 2020 yang saat itu sebesar 3,42 juta kendaraan. Realisasi ini didorong oleh pemulihan volume lalu lintas akibat pencabutan PPKM dan cukup banyaknya libur panjang pada 1H23, dengan beberapa ruas jalan tol yang menyumbang volume harian rata-rata tertinggi adalah Tol Dalam Kota (535 ribu), Jakarta–Cikampek (450 ribu), dan Jagorawi (408 ribu).

Volume lalu lintas tol milik JSMR juga berpotensi meningkat seiring rencana penambahan ruas tol baru pada 2H23 hingga 2024, salah satunya tol Serpong–Cinere seksi Pamulang–Cinere yang pengerjaannya sudah rampung dan akan dioperasikan secara fungsional pada 4Q23. Ruas tol tersebut adalah bagian dari JORR 2 yang akan menyambungkan Bandara Soekarno Hatta hingga Tol Jagorawi. Kami meyakini bahwa ruas tol JORR 2 akan menjadi favorit masyarakat Tangerang dan Jakarta Barat sebagai alternatif dari tol JORR I dan tol Dalam Kota yang kerap macet.

Pic: Peta JORR 2. Seksi Pamulang–Cinere berada di antara poin 3 hingga Cinere.
Sumber: koran.tempo.co

Ruas jalan tol JORR 2 yang dioperasikan oleh JSMR juga mencatat pertumbuhan yang besar sejak dioperasikan. Jika seluruh ruas tol JORR 2 telah tersambung dan terintegrasi, volume lalu lintas berpotensi semakin bertambah. Namun, perlu dicatat bahwa pertumbuhan beberapa ruas tol ini sudah mulai ternormalisasi sejak awal dioperasikan. 

Pic: Volume lalu lintas tol JORR 2 yang dioperasikan JSMR (dalam juta kendaraan per tahun).
Sumber : Presentasi JSMR, Stockbit analysis

Salah satu proyek lain yang juga cukup dinanti adalah jalan tol Solo–Yogyakarta–YIA Kulonprogo dan Jogja–Bawen, yang direncanakan mulai dioperasikan pada 2024. Jalan tol yang menyambungkan dua kota besar di Jawa Tengah ini memiliki panjang 96,57 km dan 75,82 km dengan total nilai investasi sebesar 41,74 triliun rupiah

Volume lalu lintas antara Solo–Yogyakarta sendiri mencapai lebih dari 25.000 kendaraan setiap harinya, menurut data Kementerian PUPR. Kedua ruas tol tersebut akan membentuk “Segitiga Emas” yang menghubungkan Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Selain itu, tol ini akan mempermudah konektivitas ke Bandara Internasional Yogyakarta dan beberapa destinasi wisata seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Dengan begitu, terdapat potensi peningkatan volume lalu lintas setelah ruas tol ini beroperasi. 

Pic: Peta JORR 2(Pamulang - Cinere antara poin 3 hingga Cinere)
Sumber :koran.tempo.co

Selesainya Siklus Capex Tinggi dan Penurunan Beban Bunga

Faktor lain yang berpotensi mendorong kinerja laba bersih JSMR adalah pengurangan belanja modal (capex) karena pembangunan proyek tol Trans Jawa sudah hampir rampung. Proyek tol Trans Jawa sendiri merupakan salah satu faktor penyebab capex JSMR melejit dalam beberapa tahun terakhir, dengan level realisasi tertinggi mencapai Rp22 T pada 2020. 

Seiring penurunan capex, JSMR mencatatkan tren penurunan Liability to Equity Ratio dari kisaran 3x menjadi 2,54x pada 1H23. Untuk 2023, JSMR menargetkan capex di bawah Rp8–10 T, sesuai dengan guideline.

Pic: Rasio Liability to Equity JSMR (kiri) dan realisasi capex JSMR (kanan).
Sumber: Presentasi JSMR, Stockbit analysis

Pengelolaan utang JSMR sendiri semakin membaik tiap tahunnya, yang tercermin dari tingkat Interest Coverage Ratio (ICR) yang konsisten naik sejak 2020. Per 1H23, tingkat ICR berada di level 2,81x (vs. 1H22: 2,30x). Secara umum, tingkat ICR yang lebih tinggi mengindikasikan kemampuan bayar yang lebih baik.

Pic: Interest Coverage Ratio JSMR.
Sumber: Presentasi JSMR

Selain dari siklus capex tinggi yang sudah selesai, JSMR juga memiliki strategi untuk melakukan divestasi anak usaha untuk mengurangi ketergantungan dari pendanaan lewat utang. Langkah ini berpotensi menurunkan beban bunga perusahaan. Keputusan JSMR untuk mengurangi ketergantungan pendanaan dari utang ini kami rasa tepat, mengingat 42% dari total liabilitas keuangan JSMR bersifat floating rate. Metode ini juga cukup efektif karena beban bunga JSMR turun -22,8% YoY pada 1H23. 

Selain itu, tingkat suku bunga acuan di Indonesia saat ini diperkirakan telah mencapai titik puncaknya membuka peluang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan dalam waktu yang tidak lama lagi. Hal ini berpotensi semakin mengurangi beban bunga JSMR di masa mendatang dan dapat mendongkrak tingkat profitabilitas perseroan kedepan.


Asset Recycling

Pada 4Q22, JSMR telah mendivestasikan 40% saham PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) dengan nilai sebesar Rp4 T. Dana dari divestasi ini digunakan untuk membantu pendanaan beberapa proyek tol yang masih berlanjut, seperti tol Solo–Yogyakarta.

Dalam analyst meeting pada 28 Agustus 2023, manajemen JSMR mengungkapkan rencana untuk mendivestasi 35–40% kepemilikan di anak usahanya, yaitu PT Jasamarga Transjawa Tollroad (JTT), pada 4Q23 atau 1Q24. Bloomberg melaporkan bahwa JSMR mengincar dana sebesar US$300 juta dalam aksi divestasi tersebut, tetapi Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, membantah nilai transaksi yang mencapai US$300 juta. 

Pic: Panjang tol yang dioperasikan  JSMR (kiri) dan panjang hak konsesi jalan tol JSMR (kanan).
Sumber: Presentasi JSMR, Stockbit analysis

Strategi divestasi anak usaha cukup bermanfaat bagi JSMR karena skema ini membuat perseroan bisa mendapatkan dana segar tanpa utang dan tetap mendapatkan porsi pendapatan dari tol yang masih dimiliki bagian konsesinya. Adapun dana segar yang didapat dari divestasi anak usaha bisa digunakan untuk penambahan saham di entitas anak lainnya yang lebih menguntungkan atau mendanai proyek tol lainnya. 

Per Juli 2023, JSMR melalui JTT telah menyelesaikan pembayaran buyback Reksa Dana Penyertaan Terbatas Mandiri Infrastruktur Ekuitas Transjawa (RDPT MIET) yang terakhir senilai Rp1,82 T. RDPT MIET ini memiliki saham pada 3 anak usaha yang mengoperasikan tol Semarang–Batang, Solo–Ngawi, dan Ngawi–Kertosono–Kediri, dengan JTT telah melakukan buyback sejak 2019 dengan total nilai transaksi Rp 2,8 T. Dalam analyst meeting, JSMR mengeklaim bahwa ketiga ruas ini memiliki potensi yang menjanjikan serta memiliki performa keuangan yang bagus dengan margin EBITDA lebih dari 85%. Selain itu, ketiga ruas ini akan terkoneksi dengan tol Trans Jawa, tol Yogyakarta–Solo, dan tol Yogyakarta–Bawen yang akan dioperasikan oleh JSMR. 


Kenaikan Tarif

Selain peningkatan volume lalu lintas dan penurunan beban bunga, kinerja laba bersih JSMR ke depan juga berpotensi terdorong oleh siklus penyesuaian tarif tol. Di Indonesia, tarif tol akan dievaluasi setiap 2 tahun sekali berdasarkan pengaruh laju inflasi dan besarannya diatur oleh UU No. 38 tahun 2004 dengan mempertimbangkan berbagai komponen seperti kemampuan bayar pengguna jalan, keuntungan biaya operasi, dan kelayakan investasi. 

Pada pertengahan 2023, beberapa ruas tol milik JSMR seperti tol Jagorawi dan Purbaleunyi telah mengalami kenaikan tarif sekitar Rp500–1.000 untuk masing-masing golongan kendaraan. Sementara itu, beberapa jalan tol utama lain milik JSMR – seperti tol Jakarta–Tangerang, Cawang–Tomang, dan Jakarta–Cikampek – terakhir kali mengalami kenaikan tarif pada 2021–2022. Mengingat siklus evaluasi tarif tol terjadi setiap 2 tahun, maka terdapat peluang untuk dilakukan penyesuaian dalam waktu dekat.

Pendapatan tol merepresentasikan ~68,7% dari total pendapatan JSMR per 1H23, sehingga pemulihan volume lalu lintas kendaraan serta siklus penyesuaian tarif tol akan menjaga pertumbuhan kinerja top line perseroan ke depan. Untuk 2023, manajemen JSMR menargetkan pendapatan dari lini bisnis jalan tol tumbuh sekitar +10–15%.

Pic: Pertumbuhan pendapatan tol JSMR pada 2016–2022.
Sumber: Laporan Keuangan JSMR

Kinerja dan Valuasi

Pada pada 1H23, JSMR mencatat pertumbuhan pendapatan +4,9% YoY dan pertumbuhan laba bersih +56,33% YoY. Nilai ini tumbuh sesuai dengan pertumbuhan pendapatan karena pertumbuhan volume trafik dan juga turunnya beban keuangan perusahaan. Namun, EBITDA pada 1H23 turun -5,6% YoY, yang menurut manajemen disebabkan oleh pembayaran pajak PBB di muka agar mendapatkan diskon pajak PBB. Dengan begitu, kinerja EBITDA berpotensi lebih baik pada 2H23.

Pic: Kinerja keuangan JSMR pada 2018–2022 (dalam miliar rupiah).
Sumber: JSMR, Stockbit analysis
Pic: Margin kinerja keuangan JSMR pada 2018–2022.
Sumber: JSMR, Stockbit analysis

Per penutupan bursa tanggal 28 Agustus 2023, JSMR diperdagangkan dengan EV/EBITDA sebesar 7,48x. Nilai ini tergolong cukup rendah karena mendekati -2 Standard Deviation Band 10 tahun EV/EBITDA. Selain itu, JSMR juga diperdagangkan pada P/BV 1,11x, nilai ini mendekati -1 Standard Deviation Band 10 tahun.

Pic: Rasio EV/EBITDA saham JSMR.
Sumber: Bloomberg
Pic: Rasio P/BV saham JSMR.
Sumber: Bloomberg

Risiko

Salah satu risiko bagi JSMR adalah ketergantungan industri jalan tol kepada regulasi pemerintah. Sebagai contoh, meski penyesuaian tarif tol akan dievaluasi dalam 2 tahun sekali, dalam praktiknya cukup lumrah untuk tidak terjadi kenaikan selama lebih dari jangka waktu tersebut. Menjelang tahun politik pada 2024, kami juga melihat kemungkinan bagi pemerintah untuk menunda pembuatan kebijakan yang cenderung kurang populis.  

Selain itu, JSMR sebagai BUMN tentu tidak terlepas dari fungsi untuk membantu kepentingan publik. Dalam hal ini, JSMR mungkin saja mendapatkan penugasan untuk mengerjakan proyek dengan tingkat return yang cenderung rendah.

Lebih lanjut, perkembangan terbaru terkait dengan kondisi kualitas udara di Jakarta dan Tangerang Selatan juga berpotensi menjadi risiko bagi kinerja JSMR. Sebab, untuk mengatasi tingkat polusi, pemerintah tengah mewacanakan berbagai aturan seperti kebijakan 4 orang dalam 1 mobil (4 in 1) hingga pemberlakuan kembali sistem work from home (WFH). Jika wacana tersebut diterapkan, volume lalu lintas harian berpotensi kembali turun atau stagnan.

Lalu, bagaimana menurut kamu? Apakah dengan prospek, risiko, dan valuasi saat ini, saham JSMR layak dikoleksi? We provide, you decide.


________________
Penulis: 

Arvin Lienardi, Investment Analyst

Anggaraksa Arismunandar , Senior Investment Analyst

Editor:

Vivi Handoyo Lie, Head of Investment Research

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (“Stockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah “https://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri “@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.