πŸͺ™ Jajaki Ekspor, Kilau Emas HRTA sampai di Negeri India / by Michael Owen Kohana

πŸ‘‹ Stockbitor!

Hartadinata Abadi ($HRTA) adalah satu-satunya perusahaan penjual perhiasan emas yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak awal 2023, harga saham HRTA naik cukup signifikan sebesar +109% YTD per 14 Juli 2023. 

Kenaikan harga saham HRTA tersebut terjadi seiring munculnya berbagai perjanjian ekspor yang diteken oleh perseroan sejak awal tahun. Saat ini, HRTA memiliki 4 perjanjian ekspor dari 3 perusahaan perhiasan emas asal India, dengan total volume penjualan sebesar 13,5–14,5 ton hingga akhir 2023

Perjanjian ekspor tersebut menandai pertama kalinya HRTA melakukan ekspor sejak melantai di BEI. Dampak positif dari perjanjian ekspor ini bagi kinerja HRTA mulai terlihat pada 1Q23 di mana pendapatan tumbuh +53,8% YoY dan laba bersih naik +37,8% YoY. Namun, dampak penuh dari perjanjian ekspor baru mulai akan terlihat mulai dari 2Q23 hingga akhir tahun, karena perjanjian ekspor baru diteken pada Maret 2023.

Di pasar dalam negeri, HRTA terus berinovasi dengan menciptakan berbagai produk baru emas berkadar 24 karat (logam mulia) seperti micro gold dan memperluas jaringan distribusinya melalui kolaborasi dengan Ranch Market, Matahari, dan Alfamart. Alhasil, perseroan mencatatkan pertumbuhan total volume penjualan emas dalam satuan emas murni dengan CAGR 5Y (2017–2022) sebesar +7,53% dan market share tumbuh dari 11,5% pada 2017 menjadi 15,5% pada 2022

Di segmen perhiasan emas, pangsa pasar HRTA di dalam negeri naik dari 11,48% pada 2017 menjadi 15,5% pada 2022, meskipun pelemahan permintaan perhiasan di Indonesia sejak 2017 menekan volume penjualan perseroan dengan CAGR 5Y (2017–2022) sebesar -0,17%. 

Lantas, bagaimana prospek dan tantangan yang akan dihadapi HRTA ke depannya? Apakah ekspor emas dapat mendorong pertumbuhan kinerja HRTA pada tahun ini? Bagaimana valuasi saham HRTA dibandingkan peers global? Yuk kita bahas satu per satu.


Model Bisnis HRTA


HRTA
merupakan perusahaan produsen perhiasan emas mulai dari kadar 8 karat (~33%) hingga 24 karat (99,99%). Selain memproduksi emas, perusahaan yang berdiri sejak 1989 ini juga memiliki beberapa unit usaha, antara lain penjualan logam mulia, toko perhiasan online dan offline, dan memiliki toko gadai (pawn shop). Oleh karena itu, HRTA merupakan perusahaan mid-to-downstream di bisnis perhiasan.

Berdasarkan laporan keuangan per 1Q23, lebih dari 92% pendapatan HRTA berasal dari penjualan perhiasan dan emas 24 karat (logam mulia) ke wholesalers atau distributor. Sementara itu, penjualan langsung ke toko retail berkontribusi lebih dari 6,6% total pendapatan pada 1Q23.

Pic: Pendapatan HRTA berdasarkan segmen per 1Q23.
Sumber: Company presentation, Stockbit analysis

Perhiasan Emas dan Logam Mulia

Berdasarkan presentasi perusahaan pada 1Q23, HRTA mendistribusikan produk perhiasannya ke 80 wholesalers dan lebih dari 900 toko retail. HRTA sendiri mengoperasikan 77 toko perhiasan, di mana 28 toko di antaranya menyasar segmen mid-to-low income.

Umumnya, pembayaran yang dilakukan wholesalers kepada HRTA tidak diberikan dalam bentuk uang cash, melainkan melalui skema pay gold with gold. Melalui skema ini, wholesalers atau distributor membayar perhiasan emas dari HRTA dengan menukarkan emas dari perhiasan yang sudah tidak layak pakai (scrap gold).

Skema transaksi pay gold with gold tersebut dilakukan dengan perbandingan gramasi sebesar 1:1,1. Sebagai contoh, jika distributor A membeli 1 kg emas dari HRTA, maka distributor A perlu membayar 1,1 kg emas dalam bentuk scrap gold ke HRTA. Lebih lanjut, semua perhitungan emas dalam transaksi pembelian dari distributor ke HRTA menggunakan standar kadar murni atau 24 karat. Jadi, jika distributor A tidak memiliki scrap gold berkadar 24 karat sebanyak 1,1 kg untuk membeli 1 kg emas berkadar 24 karat dari HRTA, distributor A masih dapat membayarnya dengan scrap gold berkadar 8 karat sebanyak 3,3 kg.

Selain perhiasan emas, HRTA juga menjual emas 24 karat (logam mulia) dalam berbagai bentuk dengan berat mulai dari 0,1 gram hingga 1 kg. HRTA memiliki beberapa merek dalam logam mulia, yakni Emasku dan EmasKITA. Dalam proyek ini, HRTA bekerja sama dengan PT Emas Antam Indonesia (EAI), yang merupakan anak usaha dari Aneka Tambang ($ANTM).

Perbedaan paling mencolok dari Emasku dan EmasKITA adalah gramasi yang ditawarkan. Emasku menawarkan produk emas batangan dengan gramasi yang relatif lebih besar mulai dari 250 gram, 500 gram, hingga 1.000 gram. Sementara itu, EmasKITA menawarkan logam mulia dengan gramasi yang relatif lebih kecil mulai dari 0,1 gram (micro gold) hingga 100 gram dengan model press

Produk EmasKITA hadir dengan sertifikasi internasional Bullion Protect yang menjamin keaslian logam mulia tersebut. Selain dijual kepada distributor, HRTA juga bekerja sama dengan Ranch Market, Matahari, dan Alfamart untuk menjual produk EmasKITA.

Pada Juli 2023, pihak HRTA mengatakan kepada tim Stockbit bahwa margin penjualan perhiasan berkisar antara 7–17%, tergantung dari kadar karat perhiasan. Semakin rendah karat perhiasan, maka semakin tinggi margin keuntungan. Adapun margin untuk produk logam mulia berkisar antara 4–35%. Semakin kecil gramasi logam mulia, maka semakin tinggi margin keuntungan.

Pic: Logam mulia EmasKU EmasKITA.
Sumber: Company Presentation

Gadai

HRTA juga memiliki unit bisnis gadai melalui 83 cabang gerai di 5 provinsi di Indonesia per 1Q23. Pihak HRTA mengatakan bahwa saat ini mayoritas barang yang digadaikan oleh konsumen adalah perhiasan. Namun, ke depannya HRTA berencana untuk menerima barang-barang lain, misalnya alat elektronik. 

Pihak HRTA mengatakan kepada tim Stockbit bahwa bunga yang diberikan kepada penggadai berkisar antara 1,5–1,7% per bulannya. Pendapatan HRTA dari segmen gadai tergolong masih kecil, hanya 0,72% dari total pendapatan pada 1Q23.


Peluang dan Risiko dari Ekspor

Pada 1H23, HRTA melakukan beberapa perjanjian ekspor emas dengan perusahaan asal India, yakni:

  • Perjanjian ekspor perhiasan emas berkadar 22 karat sebesar 400–500 kg per bulan dengan Kundan Care Product Ltd. Perjanjian dengan jangka waktu 1 tahun ini diperkirakan bernilai sekitar 25–31 juta dolar AS per bulan.

  • Penandatanganan nota kesepahaman ekspor perhiasan emas dengan Bright Metal Refiners sebanyak 2 ton emas dan 4,5 ton emas. Total nilai transaksi diperkirakan mencapai 385,95 juta dolar AS atau ~5,75 triliun rupiah.

  • Penandatanganan nota kesepahaman ekspor perhiasan emas sebanyak 3 ton dengan LP Commodities Private Limited, dengan jangka waktu 3 bulan pada 25 Mei–25 Agustus 2023. Nilai transaksi diperkirakan mencapai 177,82 juta dolar AS atau ~2,66 triliun rupiah.

Ketiga perjanjian ekspor tersebut menandai untuk pertama kalinya HRTA melakukan ekspor perhiasan emas sejak IPO. Perjanjian tersebut juga melanjutkan sejumlah aksi korporasi yang dilakukan HRTA pada 2022, antara lain: 

  • Menandatangani perjanjian kredit sindikasi yang dipimpin oleh Bank Negara Indonesia ($BBNI) sebesar 2,4 triliun rupiah. Dana ini akan digunakan oleh HRTA untuk pelunasan take over bank BJB, Bank Woori, obligasi, dan sisanya untuk tambahan modal kerja. Menurut pihak HRTA, perjanjian kredit sindikasi ini merupakan milestone karena menandakan bahwa bank percaya dengan kualitas aset atas inventori perseroan.

  • Berkolaborasi dengan Alfamart ($AMRT) untuk menghadirkan produk logam mulia micro gold (0,1–0,5 gram) di lebih dari 1.300 outlet Alfamart.

  • Berkolaborasi dengan Ranch Market ($BELI) dan Matahari Department Store ($LPPF) dengan membuka total 28 pop up stores untuk memasarkan produk dari HRTA. 

Lantas, apa dampak aktivitas ekspor bagi kinerja HRTA ke depannya?

Potensi Pertumbuhan dari Ekspor

Secara keseluruhan, total volume ekspor yang ditandatangani oleh HRTA mencapai 13,5–14,5 ton emas hingga akhir 2023. Jumlah tersebut sudah melebihi target perseroan yang mengincar ekspor sebesar 10 ton perhiasan selama 2023. 

Berdasarkan data dari World Gold Council per 2021, India merupakan negara terbesar kedua dalam pembelian perhiasan emas, dengan total mencapai 611 ton per tahun. Adapun posisi pertama ditempati oleh China dengan jumlah sebesar 673 ton per tahun.

Ekspor yang dilakukan HRTA ke India berpotensi masih akan bertumbuh ke depannya, mengingat permintaan perhiasan emas India relatif lebih besar dibandingkan dengan total ekspor yang dilakukan oleh HRTA. 

Pihak HRTA mengatakan bahwa kenaikan pajak impor emas batangan dari 10,75% menjadi 15% yang diterapkan oleh pemerintah India sejak pertengahan 2022 lalu dapat memberikan dampak positif bagi perseroan. Sebab, kenaikan pajak impor emas batangan menyebabkan perusahaan penjual emas di India lebih memilih untuk mengimpor emas dalam bentuk perhiasan, yang notabene merupakan salah satu keahlian HRTA.

Pic: Negara dengan permintaan emas terbesar pada 2021.
Sumber: World Gold Council
Pic: Permintaan emas di India berdasarkan event penting.
Sumber: World Gold Council

Mayoritas masyarakat India membeli perhiasan emas dengan kadar minimal sebesar 18 karat. Permintaan emas di India umumnya didorong oleh 3 acara besar, yakni pernikahan, festival keagamaan, dan musim panen. Oleh karena itu, permintaan emas di India akan mencapai puncaknya ketika ketiga event besar tersebut terjadi, yakni pada April–Juni dan September–Desember.

Dengan melakukan ekspor, HRTA berpotensi mendiversifikasi pendapatannya berdasarkan bulan dan event. Permintaan perhiasan emas di Indonesia sendiri umumnya cenderung meningkat ketika mendekati bulan Ramadan, yang dalam beberapa tahun terakhir berlangsung pada paruh pertama tahun. Melalui ekspor, HRTA bisa mendapatkan permintaan emas pada semester kedua dari luar negeri, sementara permintaan pada semester pertama didorong oleh permintaan domestik.

Perlu dicatat, eksportir menggunakan skema pembayaran cash dan bukan pay gold with gold. Pihak HRTA juga mengatakan kepada tim Stockbit bahwa margin dari ekspor kurang dari 4%, relatif lebih kecil dibandingkan dengan penjualan domestik. Meski demikian, pertumbuhan pesat dari pasar ekspor tetap akan menghasilkan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan laba bersih HRTA ke depannya.

Aktivitas ekspor juga dapat mengisi sisa kapasitas pabrik emas HRTA yang masih belum terpakai seluruhnya. Per 2022, tingkat utilisasi pabrik HRTA hanya sekitar 44%. Jika total kapasitas produksi per 2022 sebesar 30 ton per tahun, maka HRTA masih dapat memproduksi lebih dari 16 ton hingga utilisasi pabriknya mencapai 100%. Dengan asumsi bahwa total kapasitas yang terpakai pada 2023 sama dengan 2022, serta memperhitungkan total volume ekspor pada tahun ini, maka HRTA masih memiliki sisa kapasitas sekitar 1,5–2,5 ton emas hingga akhir 2023.

Risiko dari Ekspor

Pihak HRTA mengatakan bahwa umumnya kontrak ekspor yang diperoleh perseroan adalah kontrak jangka pendek berdurasi 3–4 bulan atau 1 tahun. Oleh karena itu, top line perusahaan berisiko terlihat fluktuatif jika importir tidak melakukan pemesanan ulang di masa depan.

Selain itu, HRTA juga memiliki risiko penurunan pangsa pasar ekspor jika kompetitornya di Indonesia yang sempat terjerat dugaan kasus korupsi impor emas dinyatakan tidak bersalah. Jika perusahaan-perusahaan tersebut dinyatakan tidak bersalah, hal ini berpotensi memulihkan nama baik mereka di mata internasional dan mendapatkan kembali porsi ekspornya ke negara lain. HRTA sendiri mendapatkan klien ekspor di tengah kasus dugaan korupsi yang menjerat kompetitornya.

Untuk mengantisipasi risiko tersebut, pihak HRTA mengatakan bahwa pihaknya mencari pasar ekspor selain India, seperti Timur Tengah dan China.

Selain dari sisi ekspor, HRTA juga berpotensi menghadapi ketidakstabilan ketersediaan (supply) emas untuk dalam negeri. Sebab, meski Indonesia dikenal sebagai salah satu penghasil emas terbesar di dunia, mayoritas produk emas tersebut diekspor ke luar negeri.


Kinerja HRTA

Berdasarkan laporan tahunan pada 2022, HRTA memiliki 4 pabrik yang terdiri dari 3 pabrik casting dan 1 pabrik kalung. Casting merupakan salah satu teknik pembuatan produk perhiasan melalui pengecoran atau percetakan. Melalui metode ini, logam dicairkan lalu dituangkan ke dalam cetakan perhiasan dengan model desain yang diinginkan. 

Masing-masing pabrik HRTA memiliki kapasitas dan tingkat utilisasi yang berbeda-beda, dengan detail sebagai berikut:

Pic: Total kapasitas dan tingkat utilisasi pabrik HRTA.
Source: Company presentation, Stockbit analysis

Pada 2020, tingkat utilisasi pabrik HRTA mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19. Saat itu, masyarakat mengalami penurunan daya beli dan limitasi mobilitas, sehingga berdampak negatif terhadap penjualan perhiasan di toko-toko retail. Penurunan penjualan toko retail pada akhirnya mengakibatkan penurunan permintaan perhiasan dari wholesalers dan toko retail kepada HRTA. 

Meski sempat turun pada 2020, tingkat utilisasi pabrik HRTA secara keseluruhan mengalami peningkatan dari 31,6% pada 2018 menjadi 43,7% pada 2022.  Peningkatan volume produksi sejak 2018 juga diimbangi oleh kenaikan total penjualan dan pangsa pasar HRTA. 

Pic:Total penjualan emas dan pangsa pasar HRTA.
Sumber: Company Presentation

Pada 2022, total penjualan HRTA mencapai 7,75 ton dalam satuan emas murni, dengan tingkat rata-rata pertumbuhan CAGR 5Y sebesar +11,84%. Pangsa pasar HRTA juga mengalami kenaikan cukup signifikan dari 7,53% pada 2017 menjadi 15,58% pada 2022.

Kenaikan penjualan HRTA pada 2022 mayoritas didukung oleh segmen penjualan emas logam mulia dengan kadar 24 karat. Pada 2017–2022, penjualan HRTA di segmen ini meningkat dengan CAGR 3Y sebesar +368,6% menjadi 3,36 ton, disertai pertumbuhan pangsa pasar dari 0,23% menjadi 15,64%. Produk micro gold – yang biasanya dijadikan sebagai kado pernikahan atau ulang tahun – menjadi terobosan baru bagi HRTA yang mendongkrak pertumbuhan penjualan produk logam mulia.

Di sisi lain, volume tren penjualan emas dalam bentuk perhiasan berada dalam fase stagnan pada 2017–2022, kendati masih meningkat dari sudut pandang pangsa pasar. Penjualan perhiasan HRTA mengalami penurunan dengan CAGR 5Y sebesar -0,17%, tetapi pangsa pasar tumbuh dari 11,48% pada 2017 menjadi 15,54% pada 2022.

Secara keseluruhan, kenaikan penjualan HRTA terjadi di tengah tren penurunan permintaan emas di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut pihak HRTA, 60% permintaan emas di Indonesia didominasi oleh permintaan dari segmen perhiasan.

Dengan kata lain, HRTA secara konsisten berhasil merebut pangsa pasar dari para kompetitornya. Sebagai informasi, beberapa pemain besar di industri perhiasan Indonesia adalah UBS, HWT, dan King Halim.

Pic: Logo UBS, HWT, dan King Halim.
Sumber: Companies website
Pic: Penjualan & Pangsa Pasar penjualan Emas HRTA 2017-2022 serta tren permintaan emas di Indonesia sejak 2010.
Sumber: HRTA Company Presentation

Kinerja solid HRTA pada 2022 berlanjut pada 1Q23, di mana volume penjualan emas meningkat sebesar +39,8% YoY menjadi 2,16 ton. Kenaikan volume penjualan didukung oleh aktivitas ekspor yang mulai dilakukan sejak Maret 2023. Kenaikan juga terjadi pada rata-rata harga jual yang meningkat +10,7% YoY menjadi 970.295 rupiah per gram

Kenaikan volume penjualan dan rata-rata harga jual tersebut berdampak positif terhadap performa HRTA pada 1Q23, dengan pendapatan dan laba bersih meningkat masing-masing +53,8% YoY dan +37,8% YoY menjadi 2,1 triliun rupiah dan 70 miliar rupiah. 

Namun, karena margin ekspor lebih rendah dibanding domestik, HRTA mencatatkan penurunan margin laba kotor menjadi 9,7% pada 1Q23 (vs. 1Q22: 11,9%). Selain itu, margin laba bersih juga turun tipis dari 3,7% pada 1Q22 menjadi 3,4% pada 1Q23. 

Untuk menghindari risiko fluktuasi harga emas, pihak HRTA mengatakan bahwa stok emas yang sudah dibeli oleh pelanggan paling lama kembali distok ulang dalam 2–3 hari kerja. Selain itu, pihak HRTA juga mengatakan bahwa biaya pembelian bahan baku biasanya akan diteruskan kepada pelanggan perseroan.

Dari aspek Cash Conversion Cycle (CCC) – salah satu komponen yang sering diperhatikan oleh investor – HRTA memiliki CCC yang relatif tinggi dibandingkan dengan emiten lain di BEI. Namun, pihak HRTA menjelaskan bahwa perusahaan manufaktur emas dan perhiasan memang cenderung memiliki CCC yang relatif tinggi akibat model bisnisnya itu sendiri

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, perusahaan emas seperti HRTA tidak menggunakan uang sebagai alat transaksi, tetapi menggunakan emas berupa scrap gold. Setelah mendapatkan scrap gold, HRTA akan meleburnya menjadi perhiasan atau emas baru yang layak dijual. Proses inilah yang membuat CCC dari HRTA relatif lebih tinggi dibandingkan emiten BEI lain.

Padahal, jika dibandingkan dengan global peers, CCC dari HRTA relatif lebih rendah. Sebagai contoh, Chow Tai Fook – yang merupakan salah satu perusahaan emas dan perhiasan terbesar di dunia – memiliki CCC sebesar 247,87 hari pada 1Q23, sementara HRTA mencatatkan CCC sebesar 173,9 hari

Pic: Cash Conversion Cycle HRTA dan peers.
Sumber: HRTA Presentation

Turunnya Kepemilikan Asabri di HRTA

Selain CCC, salah satu kekhawatiran investor untuk berinvestasi di HRTA adalah keberadaan kepemilikan Asabri yang cukup besar. Asabri sendiri sempat terjerat kasus korupsi dengan terdakwa Benny Tjokrosaputro. 

Menurut pihak HRTA, kepemilikan Asabri di perseroan sudah mengalami penurunan yang signifikan menjadi 1,66% per Mei 2023, setara dengan 76,35 juta saham. Jumlah tersebut turun drastis dibandingkan akhir 2022, di mana Asabri memiliki 306,3 juta lembar saham HRTA atau setara 6,7% dari total saham perseroan. 

Pic:Kepemilikan Asabri di HRTA.
Sumber: Bloomberg

Valuasi

Per penutupan bursa pada 14 Juli 2023, P/E Ratio saham HRTA ada di level 7,19x, atau berada sekitar Mean PE Standard Deviation. Sementara itu, P/BV Ratio saham HRTA berada di level 1,10x, atau sedikit di atas +1 PBV Standard Deviation-nya

Pic: HRTA 5 Yr P/E  Standard Deviation Band.
Sumber: Stockbit Fundachart and Stockbit analysis
Pic: HRTA 5 Yr P/BV  Standard Deviation Band.
Sumber: Stockbit Fundachart and Stockbit analysis


Jika dibandingkan dengan peers
– seperti Chow Tai Fook dari China, Poh Kong dari Malaysia, dan PNJ dari Vietnam – valuasi saham HRTA secara P/E dan PBV Ratio berada di posisi kedua termurah.

Pic: HRTA 5 Yr P/E and P/BV Chart compare to its regional peers.
Sumber: Bloomberg and Stockbit analysis

________________
Penulis: 

Michael Owen Kohana, Investment Analyst

Editor:
Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.