6 Faktor yang Digunakan dalam Analisis Fundamental Saham / by Merissa Chaca

6 Faktor yang Digunakan dalam Analisis Fundamental Saham

Analisis fundamental adalah salah satu metode yang digunakan oleh investor untuk menilai kelayakan investasi pada suatu saham. 

Analisis fundamental adalah metode analisis investasi yang bertujuan untuk mencari nilai intrinsik dari sebuah saham, yaitu nilai yang seharusnya dimiliki oleh saham tersebut berdasarkan faktor-faktor fundamentalnya.

Lalu, faktor apa saja yang digunakan dalam analisis fundamental saham? Simak berikut ini.

Faktor-Faktor dalam Analisis Fundamental

Analisis fundamental adalah analisis yang berfokus pada performa bisnis suatu perusahaan. 

Dalam analisis fundamental, investor percaya bahwa harga saham secara jangka panjang akan selalu mengikuti performa bisnisnya. 

Oleh karena itu, ketika melakukan analisa, investor fundamental tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga saham harian di bursa efek, tetapi lebih memperhatikan faktor-faktor mendasar yang dapat mempengaruhi kinerja bisnis suatu perusahaan.

Berikut adalah beberapa faktor yang sering digunakan investor dalam analisis fundamental:

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan perusahaan menjadi faktor utama yang pasti dilihat investor ketika melakukan analisis fundamental pada suatu saham. 

Laporan keuangan terdiri dari laporan laba rugi, laporan neraca atau posisi keuangan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan memberikan gambaran tentang pendapatan, biaya, laba, aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan dalam periode tertentu. 

Investor dapat menggunakan laporan keuangan untuk melihat tren kinerja perusahaan dari waktu ke waktu, apakah bertumbuh, stagnan, atau malah menurun. Selain itu juga untuk menghitung berbagai rasio keuangan, seperti return on assets (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), rasio lancar, dan lain-lain. 

Rasio keuangan ini dapat digunakan untuk mengukur kesehatan, efisiensi, tingkat profitabilitas, dan solvabilitas perusahaan, serta untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan sejenis atau dengan standar industri.

2. Tata Kelola Perusahaan

Tata kelola perusahaan (corporate governance) juga menjadi faktor penting yang dipertimbangkan oleh investor ketika menganalisis suatu saham.

Tata kelola perusahaan adalah cara perusahaan mengatur hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pemangku kepentingan lainnya. Perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik akan mampu meningkatkan kinerja bisnisnya, mengurangi risiko, dan meningkatkan kepercayaan investor. 

Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, dan keadilan (fairness) akan lebih mudah meningkatkan nilai intrinsik-nya daripada perusahaan yang tidak.

3. Kualitas Manajemen

Faktor lain yang digunakan dalam analisis fundamental adalah kualitas manajemen. Pasalnya, kualitas manajemen menentukan seberapa baik suatu perusahaan dapat mengelola sumber daya, menghadapi tantangan, memanfaatkan peluang, dan menciptakan nilai bagi pemegang saham.

Kualitas manajemen yang baik akan membuat perusahaan lebih efisien dan efektif dalam menjalankan bisnisnya, serta ‘tahan banting’ ketika menghadapi krisis. Hal ini akan menguntungkan bagi perusahaan dan meningkatkan nilai sahamnya di pasar. Investor juga akan mendapatkan keuntungan dari peningkatan nilai saham tersebut.

Kamu bisa melihat laporan kinerja manajemen perusahaan secara detail pada laporan tahunan yang rutin dipublikasikan oleh emiten tiap tahun, biasanya dua bulan setelah akhir tahun. 

4. Kondisi Ekonomi Makro

Kondisi ekonomi makro adalah salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja dan prospek perusahaan. Ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian negara secara keseluruhan seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang, hingga kebijakan pemerintah.

Perubahan kondisi ekonomi makro dapat berdampak positif atau negatif terhadap perusahaan. Contohnya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan permintaan produk dan jasa, sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan. Sebaliknya, inflasi yang tinggi dapat meningkatkan biaya produksi, sehingga menurunkan laba perusahaan.

Contoh lain bisa juga dilihat pada pergerakan saham perusahaan sektor properti, yang biasanya mengalami kenaikan harga ketika suku bunga diturunkan oleh bank Indonesia dan turun ketika suku bunga dikerek naik. 

Investor yang memahami kondisi ekonomi makro dapat membuat keputusan investasi yang lebih tepat. Dengan memahami kondisi ekonomi makro, investor dapat mengidentifikasi perusahaan yang memiliki prospek cerah, serta menghindari perusahaan yang berisiko.

5. Tren Industri

Faktor eksternal lain yang juga digunakan oleh investor dalam analisis fundamental adalah tren industri. Tren ini mencakup faktor-faktor seperti permintaan pasar, persaingan, regulasi, inovasi, dan lain-lain. 

Contoh, tren kenaikan harga batu bara yang terjadi selama periode 2021 - 2022 berhasil membuat saham-saham batu bara di pasar melonjak signifikan seperti saham ADRO, INDY, ITMG, PTBA, dan lain-lain. 

Tren industri dapat berubah seiring dengan perkembangan teknologi, preferensi konsumen, dan dinamika pasar. Makanya, investor fundamental juga harus memperhatikan hal ini untuk mengetahui posisi dan potensi perusahaan dalam industri yang bersangkutan, serta untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang mungkin muncul di masa depan. 

6. Nilai Intrinsik

Nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari suatu saham yang didasarkan pada analisis terhadap aset, pendapatan, pertumbuhan, dan potensi keuntungan perusahaan.  

Nilai ini dapat berbeda dari harga pasar, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis, spekulasi, serta permintaan dan penawaran. Nilai intrinsik juga bersifat subjektif, artinya setiap investor bisa memiliki penilaian yang berbeda terhadap nilai intrinsik suatu saham.

Investor yang menggunakan analisis fundamental berusaha untuk menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan berbagai metode valuasi, seperti price to earnings ratio (PER), price to book value (PBV), dan price/earning to growth ratio (PEG). 

Setelah mendapatkan nilai intrinsik, investor fundamental akan membandingkannya dengan harga pasar. Jika nilai intrinsik lebih rendah dari harga pasar, maka saham tersebut dianggap undervalued. Sebaliknya, jika nilai intrinsik lebih tinggi dari harga pasar, maka saham tersebut dianggap overvalued.

Investor fundamental akan membeli saham yang undervalued karena berpotensi memberikan untung sebesar selisih antara nilai intrinsik dan harga pasar, serta menghindari saham yang overvalued karena berpotensi merugikan.

Belajar Analisa Fundamental secara Gratis di Stockbit Academy

Itu tadi penjelasan beberapa faktor yang sering digunakan oleh investor ketika menganalisis saham secara fundamental. Selain mengetahui faktor-faktor tersebut, tentunya masih ada beberapa hal lagi yang perlu kamu pelajari agar bisa melakukan analisis fundamental saham dengan lebih efektif.

Nah, buat kamu yang ingin belajar lebih lanjut tentang analisa fundamental, di Stockbit Academy sudah tersedia materinya secara lengkap, terstruktur disusun oleh para pakar dan bisa kamu akses secara gratis. 

Yuk, buat akun Stockbit-mu sekarang dan mulai belajar analisis fundamental dan materi saham lainnya di Stockbit Academy.