BBNI

๐Ÿง Bank: ATH di 2023; Menuju Normalisasi Pertumbuhan by Rahmanto Tyas Raharja

Penulis: Rahmanto Tyas Raharja | Editor: Aulia Rahman Nugraha

Published date: 1/4/2024

  • Setelah mencapai allโ€“time high pada FY23, laba bersih bank berpotensi melanjutkan pertumbuhan double digit pada FY24E, didorong loan growth dengan NIM stabil.

  • Namun, kami melihat normalisasi pertumbuhan laba bersih pada FY24E seiring mulai terbatasnya ruang penurunan beban provisi.

  • Kami lebih menyukai mid banks dibanding big banks karena valuasi yang lebih menarik, mulai re-rating, dan potensi dari aksi korporasi.

  • Top picks kami adalah BMRI, BNGA, dan BBTN. Kami menyukai BMRI karena target loan growth-nya tertinggi dan memiliki valuasi menarik dibanding big banks lain.

Executive Summary

Setelah mencapai allโ€“time high pada 2023, laba bersih bank berpotensi melanjutkan pertumbuhan double digit pada 2024E, didorong loan growth double digit dengan NIM stabil. Namun, kami melihat pertumbuhan laba bersih pada 2024E akan ternormalisasi seiring mulai terbatasnya ruang penurunan beban provisi. Hal ini terindikasi dari laba bersih bank pada 4Q23 yang cenderung mixed secara QoQ. 

Pada 2023 sendiri, peningkatan performa bank dihantui oleh perlambatan pertumbuhan NII. Meskipun pendapatan bunga meningkat double digit, pertumbuhan NII terhambat akibat peningkatan beban bunga hingga sekitar +50% YoY, yang disebabkan melonjaknya cost of fund. Di sisi lain, peningkatan performa pada 2023 juga masih didukung oleh penurunan beban provisi. 

Performa positif pada 2023 juga terefleksikan pada harga saham emiten bank yang sebagian besar juga naik double digit. Kami lebih menyukai mid banks dibanding big banks karena valuasi yang lebih menarik, mulai re-rating, dan potensi dari aksi korporasi.

Top picks kami adalah BMRI, BNGA, dan BBTN. Kami menyukai BMRI karena target loan growth-nya tertinggi dan memiliki valuasi menarik dibanding big banks lain. Selain itu, kami melihat bahwa BMRI memiliki potensi untuk berhasil meraih performa di atas ekspektasi konsensus 2024. Untuk BNGA dan BBTN, kami menyukai mid banks karena valuasi yang menarik dan potensi dari aksi korporasi yang menghiasi mid banks


Laba Bersih 2023 All-Time High, Diprediksikan Lanjut pada 2024E

Mayoritas emiten bank di Indonesia pada 2023 kompak mencatat pertumbuhan laba bersih double digit hingga mencetak allโ€“time high, melampaui rekor sebelumnya pada 2022. Meski demikian, pertumbuhan laba bersih pada 2023 mengalami normalisasi dibandingkan 2022. Untuk 2024F, Stockbit sejalan dengan konsensus analis yang masih memperkirakan laba bersih bank akan tumbuh double digit dan kembali mencetak rekor laba bersih allโ€“time high.

Deskripsi: Laba bersih tahunan bank dan pertumbuhannya                        Sumber: Laporan keuangan masing-masing bank, konsensus analis, BDMN dan NISP adalah estimasi analisis Stockbit

Meski tumbuh secara tahunan, performa laba bersih bank pada 4Q23 cenderung mixed secara kuartalan, yang mengindikasikan normalisasi atau perlambatan pertumbuhan. Berikut rinciannya:

Deskripsi: Laba bersih kuartalan  bank dan pertumbuhannya
Sumber: Laporan keuangan masing-masing bank, analisis Stockbit

Pertumbuhan Top Line Melambat dihantui kenaikan Beban Bunga

NII menunjukan tren perlambatan pertumbuhan pada 2023 dibandingkan 2022. Hal ini terjadi di seluruh bank dalam coverage kami, kecuali BBCA dan BDMN. Berikut adalah rinciannya:.

Deskripsi: NII tahunan bank dan pertumbuhannya
Sumber: Laporan keuangan masing-masing bank, analisis Stockbit

Meski begitu, pendapatan bunga sebenarnya masih menunjukan performa yang baik dengan pertumbuhan hingga double digit. Berikut rinciannya:

Deskripsi: pendapatan bunga bank dan pertumbuhannya
Sumber: Laporan keuangan masing-masing bank, analisis Stockbit

Pendorong perlambatan performa NII pada 2023 utamanya berasal dari beban bunga yang membengkak. Berikut rinciannya:

Deskripsi: beban bunga bank dan pertumbuhannya
Sumber: Laporan keuangan masing-masing bank, analisis Stockbit

Outlook NIM 2024 Stabil Meski Cost of Fund Naik pada 2023

Kami melihat bahwa NIM akan cenderung stabil pada 2024, sejalan dengan guidance yang diberikan manajemen bank. Potensi penurunan suku bunga pada 2024 dapat menjadi sentimen positif untuk menurunkan beban bunga yang melonjak pada 2023. 

Kami memperkirakan ke depannya cost of fund akan turun seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga pada 2H24. Namun, kami memperkirakan bahwa efeknya terhadap beban bunga baru akan terefleksi pada 2025E. Berikut beberapa guidance NIM 2024E dari manajemen bank:

Deskripsi: Realisasi FY23 dan guidance NIM FY24E                              Sumber: Stockbit analysis

Sebagai konteks, pada 2023, peningkatan pendapatan bunga terjadi karena perbankan juga telah meningkatkan suku bunga pinjaman yang diberikan (loan yield) untuk modal kerja dan investasi, yang merupakan pinjaman untuk segmen korporasi  atau bisnis. Namun, pinjaman konsumsi justru mengalami penurunan, yang mengindikasikan lemahnya permintaan kredit dari level retail atau  individu. Secara tahunan, berikut rincian perubahan suku bunga pinjaman pada Desember 2023:

  • Modal kerja : +26 bps

  • Pinjaman investasi : +30 bps

  • Pinjaman konsumsi : -23 bps

Deskripsi:Capex MPMX 2016-9M23



Sumber: Stockbit analysis

NII melambat karena peningkatan beban bunga, yang didorong oleh peningkatan cost of fund. Hal ini juga terefleksi dari TD Rate (12 bulan) secara industri yang menunjukan kenaikan, termasuk terjadi pada KBMI 4 dan KBMI 3. Kenaikan TD Rate lebih tinggi dibandingkan kenaikan loan yield. Secara tahunan, berikut rincian perubahan TD rate pada Desember 2023:

  • Industri perbankan : +98 bps

  • KBMI 3 : +93 bps

  • KBMI 4 : +91 bps

Deskripsi: TD Rate (12 months) industri, KBMI 4, dan KBMI 3 pada 2021โ€”2023
Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu, cost of fund dari CASA (giro dan tabungan) bisa dijaga tetap rendah meskipun mengalami sedikit kenaikan. Suku bunga CASA rendah menjadi penting karena mayoritas DPK perbankan adalah CASA, di mana CASA Ratio perbankan per Desember 2023 berada di level 63%

Deskripsi: Suku bunga tabungan dan giro  bank pada 2021โ€”2023
Sumber: Bank Indonesia dan OJK
Deskripsi: Komposisi DPK bank pada 2020โ€”2023.
Sumber: Bank Indonesia
Deskripsi: CASA Ratio bank pada 2022โ€”2023 
Sumber: Presentasi perusahaan, analisis Stockbit  

Kenaikan TD Rate yang melebihi kenaikan loan yield terefleksi secara mixed pada rasio profitabilitas bank, yaitu margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM). Big banks dapat meraih tailwinds dengan mengalami kenaikan NIM, sedangkan headwinds menghantui mid banks karena mengalami penurunan NIM. Berikut adalah perubahan NIM pada Desember 2023 secara tahunan:

  • Industri perbankan : +10 bps

  • KBMI 3 : -9 bps

  • KBMI 4 : +12 bps

Deskripsi: NIM perbankan pada 2021โ€”2023
Sumber: Bank Indonesia
Deskripsi: NIM perbankan pada 2017โ€”2023
Sumber: Corporate Presentation masing-masing emiten

Potensi Pertumbuhan Kredit Double Digit pada 2024

Selain dari peningkatan loan yield, pertumbuhan pendapatan bunga bank juga didorong oleh pertumbuhan kredit. Pada 2023, kredit bank secara industri tumbuh +10,4%. Ke depannya, kredit masih berpotensi tumbuh hingga double digit pada 2024, sejalan dengan target pertumbuhan kredit industri perbankan dari Bank Indonesia yang mencapai +10โ€”12%, sedangkan dari OJK sebesar +9โ€”11%.

Deskripsi: Kredit disalurkan bank beserta target 2024F

Sumber: Bank Indonesia, Corporate Presentation masing-masing emiten

Bank Indonesia mencatat kredit bank tumbuh +11,28% YoY pada Februari 2024, sesuai dengan target pertumbuhan kredit secara industri pada 2024. Pertumbuhan kredit masih didorong oleh segmen korporasi, yaitu kredit investasi dan modal kerja, yang masing-masing naik +11,82% YoY dan 12,04% YoY. Sedangkan, kredit konsumsi dan UMKM tumbuh di bawah industri dan target 2024, dengan masing-masing naik +9,70% YoY dan +8,85% YoY. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan kredit dari level bisnis UMKM dan retail atau individu tidak sekuat permintaan kredit korporasi.


Pertumbuhan DPK Melambat, tapi Masih Punya Ruang Bertumbuh

Di sisi lain, DPK juga bertumbuh pada 2023, tetapi lebih lambat dari pertumbuhan penyaluran kredit. Hal ini menyebabkan likuiditas mengetat (LDR meningkat). Pengetatan likuiditas inilah yang menyebabkan terjadinya 'perang harga' dalam memperebutkan DPK, sehingga cost of fund naik, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Deskripsi: Dana Pihak Ketiga Bank dan pertumbuhannya
Sumber:Bank Indonesia,  Corporate Presentation masing-masing emiten
Deskripsi: Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan
Sumber: OJK,  Corporate Presentation masing-masing emiten, analisis Stockbit

Meskipun mengalami kenaikan, LDR  masih berada di level yang tergolong rendah secara historis pra-pandemi yang mencapai >90%. Meski begitu, beberapa bank telah memiliki LDR yang tergolong tinggi.

OJK menargetkan DPK industri perbankan naik +6โ€”8% pada 2024, lebih rendah dari target kenaikan kredit. Hal ini berarti LDR diproyeksikan akan kembali meningkat pada 2024, dengan implikasi LDR di level 84,6โ€”87%

Per Februari 2024, BI mencatat DPK tumbuh +5,4% YoY, lebih rendah dari pertumbuhan bulan Januari yang tumbuh +5,8% YoY. Ini juga menandakan pertumbuhan DPK pada Januari maupun Februari yang lebih rendah dibandingkan target OJK.


Driver Pertumbuhan dari Penurunan Beban Provisi Semakin Terbatas

Salah satu sumber pendorong pertumbuhan laba bersih bank pada 2022โ€”2023 adalah penurunan beban provisi. Pada 2023, beban provisi turun meskipun tidak sedalam penurunan pada 2022

Deskripsi: Beban provisi tahunan 2017โ€”2023
Sumber:  Corporate Presentation masing-masing emiten
Deskripsi: Beban provisi kuartalan 4Q22โ€”4Q23
Sumber: Corporate Presentation masing-masing emiten

Perbankan mengurangi porsi beban provisi pada 2022โ€“2023, setelah pada 2020โ€”2021 membebankan provisi yang besar untuk mengantisipasi dampak kredit restrukturisasi pandemi. Dengan cadangan provisi yang terbentuk sekarang, kami melihat bahwa perbankan telah mempersiapkan โ€˜bantalanโ€™ provisi atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) untuk aset bermasalahnya. Hal ini terefleksi dari rasio NPL Coverage yang sudah tergolong tinggi secara historis.

Deskripsi: NPL Coverage Ratio 2018โ€”2023
Sumber: Corporate Presentation masing-masing emiten

Hal ini juga sejalan dengan rasio aset bermasalah (Gross Non Performing Loan/NPL) yang berangsur membaik pasca-pandemi. Saat ini NPL perbankan berada di level yang bahkan lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi (2018โ€”2019). Meski tidak banyak yang memberikan angka pasti, secara umum bank memberikan guidance bahwa NPL akan berada di level yang cenderung stabil.

Deskripsi: Gross NPL Ratio 2018โ€”2023
Sumber: OJK, Corporate Presentation masing-masing emiten

Ke depannya, kami memperkirakan bahwa driver dari penurunan beban provisi, yang merupakan pendorong performa pada 2022โ€”2023, akan lebih terbatas. Hal ini dikarenakan NPL dan credit cost sudah berada di level yang rendah secara historis, bahkan lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi. Kami merasa ruang untuk menurunkan credit cost โ€” yang berpengaruh dalam menurunkan beban provisi โ€” sudah lebih terbatas dibandingkan pada 2022โ€”2023. Berikut data credit cost dari bank:

Deskripsi: Credit Cost Ratio atau Cost of Credit perbankan pada 2018โ€”2023
Sumber: Corporate Presentation masing-masing emiten, kecuali NISP merupakan estimasi analis Stockbit

โ€˜Panasโ€™-nya Aksi Korporasi di Mid-Sized Banks

Adapun tren lain yang dapat diperhatikan pada industri bank adalah mulai maraknya aksi korporasi (selain dividen tunai dan stock split) pada mid banks. Beberapa yang dapat menjadi perhatian adalah:

  • BBTN yang dikabarkan berencana mengakuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. untuk digabungkan dengan unit usaha syariah (UUS) milik perseroan, BTN Syariah. Selain itu, spin off BTN Syariah juga direncanakan dalam rangka menjalin kerja sama dengan Bank Syariah Indonesia ($BRIS).

  • Anak usaha dan pengendali BDMN, ADMF dan Mitsubishi UFJ Financial Group, mengakuisisi Home Credit Indonesia.

  • BNGA yang berencana spin off unit usaha syariah (UUS) milik perseroan, CIMB Niaga Syariah.

  • NISP mengakuisisi Bank Commonwealth.

  • BTPN yang melaksanakan rights issue untuk akuisisi perusahaan multifinance terafiliasi, PT Oto Multiartha dan PT Summit Oto Finance.


Valuasi

Performa positif pada 2023 terefleksikan pada harga saham emiten bank yang secara rata-rata naik hingga double digit selama 2023, dengan saham mid banks naik melebihi kenaikkan saham big banks. Kami melihat bahwa market mulai mengapresiasi saham mid-sized bank, sehingga valuasinya terangkat (re-rating) ke level yang lebih fair.

Deskripsi: Pergerakan harga saham bank, tidak termasuk dividen
Sumber: Analisis Stockbit, per 26 Maret 2024

Meski naik melebihi big banks, kami melihat bahwa valuasi mid banks masih menarik dengan harga saat ini. Dengan menggunakan ROE-to-PBV sebagai rasio yang membandingkan profitabilitas bank (dengan proxy berupa rasio Return on Equity/ROE) dengan valuasi (Price to Book Value/PBV), dapat dilihat bahwa mid banks masih underappreciated.

Deskripsi: Perbandingan valuasi dan profitabilitas bank
Sumber: Analisis Stockbit, per 26 Maret 2024

Top picks kami adalah: BMRI untuk big bank, serta BNGA dan BBTN untuk mid banks

Kami menyukai BMRI karena target loan growth paling tinggi dan memiliki valuasi lebih murah dibanding big banks lain. Selain itu, kami melihat bahwa BMRI memiliki potensi meraih performa di atas ekspektasi konsensus 2024.

Untuk BNGA dan BBTN, kami menyukai mid banks karena valuasi yang menarik dan potensi dari aksi korporasi yang menghiasi mid banks


Risiko

  1. Lemahnya daya beli dan konsumsi masyarakat yang dapat menyebabkan peningkatan NPL dan pelemahan pertumbuhan kredit.

  2. Pengetatan likuiditas dapat membatasi ruang untuk bertumbuh, terutama dalam pertumbuhan kredit. Hal ini dapat berdampak pada perebutan DPK yang menyebabkan persaingan harga, sehingga pada akhirnya menyebabkan peningkatan cost of fund yang terus berlanjut dan NIM terkompresi.

  3. Pemburukan kualitas aset yang dapat menyebabkan peningkatan credit cost, sehingga beban provisi meningkat.


________________
Penulis: 

Rahmanto Tyas Raharja, Investment Analyst Lead

Editor:

Vivi Handoyo Lie: Head of Investment Research

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Copyright 2024 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

Informasi ini dimiliki oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (โ€œStockbitโ€), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah โ€œhttps://stockbit.com/โ€ dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri โ€œ@Stockbit.comโ€ Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

๐Ÿช™ Analisis Sektor Perbankan: Saham BBCA, BMRI, BBRI, BBNI, dan Saham Bank Lainnya by Stockbit Snips

 ๐Ÿ‘‹ Stockbitor!

Stockbit Academy merilis Unboxing Sektor Perbankan. Di Unboxing Sektor Perbankan ini, kita bisa mendapatkan rangkuman laporan performa beberapa emiten di sektor perbankan.

Sektor perbankan adalah sektor yang termasuk di dalam Sektor Finance (yang berisikan keuangan & perbankan). Beberapa perusahaan yang bergerak di sektor ini sudah bisa dibeli sahamnya oleh masyarakat di Bursa Efek Indonesia. Contohnya seperti saham Bank Central Asia (Saham BBCA), saham Bank Rakyat Indonesia (Saham BBRI), saham Bank Mandiri (Saham BMRI), dan saham Bank BNI (Saham BBNI). 

Selain bank-bank besar tersebut, sektor perbankan juga sempat menjadi perbincangan hangat di kalangan investor akibat kemunculan emiten-emiten bank digital di bursa. Beberapa bank digital yang sudah melantai dan dapat dibeli sahamnya oleh masyarakat adalah saham Bank Jago (Saham ARTO) dan saham Bank Neo Commerce (Saham BBYB). Meskipun Bank Digital fokus membangun new economy dengan berkolaborasi dan membentuk ekosistem, Bank tradisional juga ikut berkolaborasi dengan fintech dan mengembangkan digital channel

 Saham-saham di sektor perbankan memiliki bobot hingga ~40% dari Market Cap IHSG. Hal ini juga didukung dimana 5 dari 10 top market cap IHSG berasal dari sektor perbankan. Lima emiten tersebut adalah Bank BCA (BBCA), Bank BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Bank Jago (ARTO), dan Bank BNI (BBNI).

Bisnis Model Perbankan

Bisnis model sektor perbankan meliputi:

  1. Menghimpun dana dari masyarakat, yang dinamakan sebagai dana pihak ketiga (DPK)

  2. Dari dana tersebut, bank akan memberikan bunga. Bunga yang diberikan kepada nasabah akan menimbulkan beban bunga bagi bank (cost of fund)

  3. Dari dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat, bank akan menyalurkan pinjaman (kredit)

  4. Dari pinjaman tersebut, bank akan mendapatkan bunga. Bunga yang diterima dari nasabah yang meminjam dari bank akan menjadi pendapatan bunga bagi bank (interest income)

  5. Selisih dari pendapatan bunga dengan beban bunga di bank dinamakan sebagai pendapatan bunga bersih (net interest income)

Selain dari pendapatan bunga bersih, bank juga bisa mendapatkan pendapatan dari non-bunga (non-interest income). Pendapatan non-bunga ini juga bisa disebut sebagai fee based income, dapat berasal dari biaya, komisi, trading, dan lain-lain.


Kategori Saham di Sektor Perbankan

Di antara sektor perbankan di Indonesia, terdapat beberapa kategori. Pada riset Unboxing Sektor Perbankan ini, Stockbit membagi kategori perbankan menjadi 3:

1.Big 4 Bank

Big 4 bank terdiri dari 4 bank terbesar di Indonesia dengan posisi yang kuat, dimana keempat bank tersebut menguasai ~25% kapitalisasi pasar IHSG. Kategori ini terdiri dari Saham BBCA, Saham BBRI, Saham BMRI, dan Saham BBNI. Saham BBCA memiliki market cap sebesar 995,4 triliun rupiah. Hal ini membuat Saham BBCA menjadi saham bank dengan market cap terbesar di antara bank lainnya.

2. Challenger Banks

Kategori ini terdapat bank-bank swasta yang termasuk di mid cap/second tier, yang di filter dengan kriteria total aset & market cap. Kategori ini memiliki potensi dan room for growth yang besar dibanding incumbent. Bank yang termasuk dalam kategori ini adalah saham Bank Mega (Saham MEGA), saham Bank CIMB Niaga (Saham BNGA), saham Bank Danamon (Saham BDMN), dan saham Bank BTPN (Saham BTPN).

3. Bank Digital

Kategori ini berisikan bank-bank digital. Bank digital muncul belakangan ini dengan mengedepankan layanan digital dan tanpa cabang, berbeda dengan bank konvensional yang biasanya memiliki cabang. Bank digital berpotensi meraih market share dari market underbanked yang belum di tap oleh incumbent. Bank yang termasuk dalam kategori ini adalah saham Bank Jago (Saham ARTO), saham Allo Bank (Saham BBHI), saham Bank Aladin Syariah (Saham BANK), dan saham Bank Neo Commerce (Saham BBYB).

Selain dari kategori-kategori ini, masih ada beberapa kategori lainnya di sektor perbankan seperti bank daerah (contohnya: saham bank Jatim atau BJTM dan saham bank Jawa Barat atau BJBR) dan bank syariah (contohnya: saham bank BSI atau BRIS, Bank BTPN Syariah atau BTPS)

Unboxing Sektor perbankan

Lantas, bagaimana detail kinerja operasional, finansial, dan valuasi dari saham-saham di sektor perbankan? Analisis selengkapnya bisa langsung kamu baca di Unboxing Sektor Perbankan!

Pada Unboxing Sektor Perbankan, kita bisa belajar banyak dan mendapatkan rangkuman laporan performa emiten di sektor bank meliputi:

  • Model bisnis perbankan, sekilas tentang bisnis perbankan

  • Dampak Pandemi Covid-19 terhadap sektor perbankan

  • Tren industri dan perkembangan digital pada industri perbankan

  • Profil dan performa perusahaan perbankan di Indonesia, termasuk Big 4, Challenger, dan Bank Digital. Seperti Bank BCA (saham BBCA), Bank CIMB Niaga (saham BNGA), dan Bank Neo Commerce (saham BBYB).

  • Faktor-faktor makro yang mempengaruhi perbankan, termasuk efek dari suku bunga dan tapering The Fed terhadap likuiditas bank

  • Perbedaan mengenai bank konvensional (tradisional) dengan bank digital

Simak Unboxing Sektor Perbankan di sini.

Source: Stockbit

Selain itu, kamu juga bisa belajar di Module Sektor Perbankan 101 tentang hal-hal penting yang perlu kamu perhatikan dan yang sering ditanyakan saat analisis perusahaan perbankan seperti:

  • Model bisnis di sektor perbankan, termasuk perbedaan bank konvensional dan digital

  • Faktor makroekonomi penting yang memengaruhi sektor perbankan

  • Rasio dan metrik penting di sektor perbankan (dari Net interest Margin/NIM sampai dengan Non Performing Loan/NPL)

  • Cara valuasi saham perbankan

Photo by: Stockbit


Emiten Talk: Banking Series

Saksikan juga bincang bersama manajemen dari sejumlah perusahaan bank di Emiten Talk: Banking Series di Youtube Stockbit yang membahas:

  • Strategi masing-masing bank ke depannya

  • Aksi korporasi yang direncanakan

  • Kinerja 2021 serta target ke depannya

Emiten yang diundang adalah Bank Jago (Saham ARTO), Bank Neo Commerce (Saham BBYB), Bank BNI (Saham BBNI), dan Bank Mandiri (Saham BMRI)


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (โ€œStockbitโ€), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah โ€œhttps://stockbit.com/โ€ dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri โ€œ@Stockbit.comโ€ Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.