🥀 The Fed Pertahankan Suku Bunga, Perkuat Sinyal Higher for Longer / by Stockbit Snips

2 Mei 2024

Daily Market Performance 🚀

IHSG

7.117

-1,61%

Coal

137,5

+1,07%

Crude Oil

79,7

+0,87%

Gold

2.303

-0,90%

CPO

3.869

+0,18%

Nickel

18.689

-1,45%

👋 Stockbitor!

Bank sentral AS, The Fed, memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di rentang  5,25–5,5% dalam pertemuan pada Rabu (1/5) waktu setempat, sesuai ekspektasi konsensus.

Dalam pertemuan tersebut, Kepala The Fed, Jerome Powellmengisyaratkan bahwa pihaknya tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut. Namun, ia juga mengatakan bahwa data inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi secara berturut-turut dalam 3 bulan pertama 2024 berpotensi menyebabkan pemangkasan suku bunga akan lebih lambat dari perkiraan awal.

Pada Kamis (2/5), analisis probabilitas dari CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa market mengekspektasikan pemangkasan suku bunga The Fed dimulai pada September 2024, dengan probabilitas mencapai 56,4%. Probabilitas tersebut turun dibandingkan 58% pada 25 April 2024.

Narasi tetap tingginya suku bunga AS dalam waktu yang lebih lama (higher for longermemicu tekanan jual dari investor asing (outflow) di pasar saham dan obligasi Indonesia. Dalam sebulan terakhirIHSG telah mengalami foreign outflow sebesar 20,31 triliun rupiah per 30 April 2024. Sementara itu, per 29 April 2024, pasar obligasi Indonesia tercatat mengalami foreign outflow sebesar 16,73 triliun rupiah dalam sebulan terakhir.

Selain mengenai suku bunga, The Fed juga mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi laju pengurangan balance sheet-nya per 1 Juni 2024 menjadi 25 miliar dolar AS setiap bulan, lebih rendah dari sebelumnya yang mencapai 60 miliar dolar AS. Sementara itu, mortgage-backed securities tetap diizinkan untuk terbit dengan batas sebesar 35 miliar dolar AS per bulan. Langkah ini ditujukan untuk memastikan sistem keuangan tidak kekurangan cadangan, seperti yang terjadi pada 2019 selama putaran terakhir quantitative tightening yang dilakukan The Fed.

Key Takeaway

Sinyal The Fed untuk menunda pemangkasan suku bunga AS berpotensi membuat ekspektasi suku bunga Bank Indonesia masih akan bertahan tinggi dalam waktu yang lebih lama (higher for longer). Sebelumnya, dalam Rapat Dewan Gubernur pada April 2024, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan kembali suku bunga BI Rate sebesar 25 bps ke level 6,25% guna meredam pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Merespon penguatan sinyal higher for longeryield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun kembali naik 10 bps ke level 7,278% pada perdagangan hari ini, Kamis (2/5). Dalam 1 bulan terakhir, yield telah naik 63 bps.

Bertahannya suku bunga di level yang tinggi dalam waktu lebih lama, berpotensi menekan kinerja beberapa sektor, antara lain:

  • Properti dan otomotif – Pelemahan permintaan dari tingginya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).

  • Konstruksi – Tingkat utang yang tinggi meningkatkan beban bunga yang harus dibayar.

  • Perbankan – Tingginya biaya pendanaan (Cost of Fund) di tengah perlambatan pertumbuhan DPK. Dalam kasus ini, mayoritas bank telah melaporkan kenaikan Cost of Fund pada 1Q24 dan menekan profitabilitas (NIM) mereka, sejalan dengan data industri dari OJK.


Berita Korporasi

💱 BMRI: Laba Bersih 1Q24 di Bawah Ekspektasi

  • $BMRIBank Mandiri mencatatkan laba bersih sebesar 12,7 triliun rupiah (-20,6% QoQ, +1,1% YoY) pada 1Q24, setara 21,7% dari estimasi FY24 konsensus. Net Interest Income naik menjadi 24,2 triliun rupiah (+0,7% QoQ, +5,1% YoY). Anjloknya laba bersih secara kuartalan didorong oleh lonjakan beban provisi +261% QoQ, meskipun turun -2,6% YoY. Dari segi operasional, kredit disalurkan tumbuh +19,1% YoY, jauh di atas guidance manajemen di level +13–15% dan target industri dari Bank Indonesia dan OJK (+9–12%), sementara Loan-to-Deposit Ratio naik menjadi 89,7% (vs. 1Q23: 84,9%, 4Q23: 86,8%). Di sisi lain, Net Interest Margin turun ke level 5,07% (vs. 1Q23: 5,4%, 4Q23: 5,15%), jauh di bawah guidance di kisaran 5,3–5,5%.

     

  • $ADROAdaro Energy Indonesia mencatatkan laba bersih 374 juta dolar AS (-11,4% QoQ, -18,3% YoY) pada 1Q24, setara 35,7% dari estimasi FY24 konsensus. Pendapatan tercatat sebesar 1,4 miliar dolar AS (-6,1% QoQ, -21,5% YoY), setara 27,1% dari estimasi FY24 konsensus. Turunnya pendapatan utamanya disebabkan oleh penurunan rata-rata harga jual (ASP-24% YoY, sementara volume penjualan batu bara naik +4,8% YoY menjadi 16,5 juta ton. Margin laba kotor naik ke level 43,5% (vs. 4Q23: 35,7%, 1Q23: 41,5%) seiring penurunan beban pokok pendapatan (-17,4% QoQ, -24,3% YoY). Dari segi operasional, volume produksi batu bara tumbuh +15% YoY menjadi 18,1 juta ton, dengan strip ratio tercatat berada di level 3,66x (vs. 4Q23: 4,56x, 1Q23: 3,59x).

     

  • $ACESAce Hardware Indonesia mencatatkan laba bersih 205 miliar rupiah (+29,3% YoY) pada 1Q24, setara 23,4% dari  estimasi FY24 konsensus (vs. 1Q23: 20,7%). Pendapatan tumbuh +17% YoY menjadi 1,9 triliun rupiah, didorong SSSG +13,2% YoY yang menjadi SSSG kumulatif 1Q tertinggi sejak pandemi. Beban pokok penjualan tumbuh +17% YoY, sehingga margin laba kotor stabil di level 48,5%. Sementara itu, margin laba usaha tumbuh menjadi 13,3% (+136 bps YoY) seiring penurunan opex, sehingga membuat margin laba bersih tumbuh menjadi 10,3% (+98 bps YoY).

  • $INDF: Indofood Sukses Makmur mencatatkan laba bersih ~2,5 triliun rupiah (-36% YoY, +130% QoQ) pada 1Q24, setara 24% dari estimasi FY24 konsensus dan 25% dari estimasi FY24 Stockbit. Pendapatan mencapai 30,8 triliun rupiah (+1% YoY, +11% QoQ), setara 26% dari estimasi FY24 Stockbit serta konsensus dan di bawah ekspektasi, dengan margin laba kotor mencapai 34,1% (vs. 1Q23: 31,1%, 4Q23: 35,5%). Secara operasional, kinerja INDF cukup baik dengan laba usaha meningkat menjadi 5,9 triliun rupiah (+12% YoY, +7% QoQ), sejalan dengan ekspektasi kami (30% dari estimasi FY24 Stockbit), meski di bawah ekspektasi konsensus (26% dari estimasi FY24 konsensus). Rendahnya laba bersih pada 1Q24 ditekan oleh kerugian kurs yang signifikan sebesar 1,2 triliun rupiah (vs. 1Q23: untung kurs 1,5 triliun rupiah).

     

  • $ICBP: Indofood CBP Sukses Makmur mencatatkan laba bersih ~2,4 triliun rupiah (-41% YoY), membaik dari rugi bersih sebesar 69 miliar pada 4Q23. Hasil tersebut setara 24% dari estimasi FY24 konsensus dan di bawah ekspektasi. Pendapatan tumbuh mencapai 19,9 triliun rupiah (+4% YoY, +20% QoQ), setara 27% dari estimasi FY24 konsensus. Laba usaha tumbuh +12% YoY dan +33% QoQ, tetapi laba bersih turun secara tahunan akibat rugi kurs.

     

  • $PTBABukit Asam mencatatkan laba bersih 791 miliar rupiah (-66% QoQ, -32% YoY) pada 1Q24lebih rendah dari ekspektasi karena baru memenuhi 15,5% dari estimasi FY24 konsensus. Pendapatan turun menjadi 9,4 triliun rupiah (-12,5% QoQ, -5,5% YoY), relatif sejalan (24,6%dari estimasi FY24 konsensus, meski penjualan masih tumbuh secara tahunan (-3% QoQ, +10,2% YoY). Margin laba kotor tergerus menjadi 15,1% (vs. 4Q23: 30,1%, 1Q23: 20,7%) seiring kenaikan beban pokok pendapatan menjadi 8 triliun rupiah (+6,3% QoQ, +1,1% YoY). Dari segi operasional, PTBA mencatatkan kenaikan volume produksi batu bara sebesar +7,4% YoY menjadi 7,3 juta ton.


Saham Top Gainer Hari Ini 🔥

$SMIL

+10,40%

$DSNG

+7,09%

$PTRO

+9,42%

$MNCN

+7,01%

Saham Top Loser Hari Ini 🤕

$MAPI

-8,57%

$BBNI

-8,00%

$BMRI

-8,33%

$ANTM

-7,93%

Performa Sektor Hari Ini 📊


Berita Lainnya

🔥 Hal lain yang lagi hot yang perlu kamu ketahui...

  • BPS mencatat bahwa inflasi indeks harga konsumen di Indonesia mencapai 3% YoY pada April 2024 (vs. Mar 2024: inflasi 3,05%), lebih rendah dari ekspektasi konsensus di 3,06% YoY. Secara bulanan, inflasi mencapai 0,25% MoM (vs. Mar 2024: inflasi 0,52% MoM), menandai level terendah dalam 3 bulan terakhir meski lebih tinggi dari ekspektasi konsensus di 0,21% MoM. Inflasi inti mencapai 1,82% YoY (vs. Mar 2024: 1,77% YoY), melampaui ekspektasi di 1,76% YoY dan menandai level tertinggi dalam 5 bulan terakhir.

  • S&P Global mencatat bahwa Purchasing Managers' Index (PMImanufaktur Indonesia turun menjadi 52,9 pada April 2024 (vs. Maret 2024: 54,2), menandai pertumbuhan aktivitas pabrik selama 32 bulan berturut-turut.

  • BPS mencatat bahwa kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 1,04 juta (-1,91% MoM, +19,86% YoYpada Maret 2024. Selama 3M24, kunjungan wisman ke Indonesia meningkat +25,43% YoY menjadi 3,03 juta, setara 17,8% dari target pemerintah di level 17 juta.

  • CEO Microsoft (Nasdaq: MSFT), Satya Nadella, mengatakan bahwa pihaknya akan menginvestasikan 1,7 miliar dolar AS di Indonesia selama 4 tahun ke depan di bidang infrastruktur cloud dan kecerdasan buatan (AI). Microsoft pun melihat Asia Tenggara sebagai lokasi potensial untuk mengembangkan produk AI. Berdasarkan studi dari firma konsultan global, Kearney, AI dapat menyumbang PDB sebesar hampir 1 triliun dolar AS bagi Asia Tenggara pada 2030, dengan Indonesia diperkirakan akan memperoleh 366 miliar dolar AS dari jumlah tersebut.

  • Anak usaha Surya Citra Media ($SCMA), Vidiomenargetkan untuk menggandakan pelanggan berbayarnya menjadi 8 juta dalam 2–3 tahun ke depan menjelang rencana untuk go public. CEO Vidio, Sutanto Hartono, mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan IPO setelah sentimen pasar menjadi lebih positif. Menurut data Media Partners Asia pada 2023, Vidio memiliki jumlah pelanggan berbayar tertinggi di Indonesia dengan pangsa pendapatan streaming sebesar 17%, hanya kalah dari Netflix (26%) yang memiliki biaya langganan lebih tinggi.


Kutipan menarik dari komunitas Stockbit minggu ini

😅  Laporan Keuangan Jelek, Auto CL! Yakin?

Photo by: Stockbit

“Laporan keuangan yang release setiap Quartal bukanlah hasil final dari sebuah perjalanan perusahaan.”— blackmon14

Rasanya tidak sedikit investor yang berpikiran seperti judul di atas. Itu kenapa ketika laporan keuangan suatu emiten rilis dan hasilnya dibawah ekspetasi, harga sahamnya pun kerap ikut terkoreksi. Namun apakah benar ketika laporan keuangan emiten yang kita miliki jelek, menjualnya adalah solusi? Bagaimana jika sebaliknya, hasil laporan keuangan suatu emiten bagus, apakah saatnya beli? Nah, dalam tulisannya Blackmon14 membagikan pandangan menarik untuk menjawab pertanyaan ini. Penasaran seperti apa? Simak ulasan selengkapnya di sini!


Penulis & Editor: Team Stockbit Research

Copyright 2024 Stockbit, all rights reserved. 

Disclaimer: 

Informasi ini dimiliki oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (“Stockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Semua konten dalam website ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah. Nasabah setuju untuk membebaskan Stockbit dari segala gugatan hukum jika terjadi kerugian Nasabah yang disebabkan karena risiko investasi tersebut.

Domain resmi Stockbit adalah “https://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri “@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.